Sabtu, 01 Agustus 2009

LOVE, SEX AND DATING DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTIANI

LOVE, SEX AND DATING
DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTIANI

Oleh: I Wayan Jhony


Dalam perspektif iman Kristiani, “love, sex and dating” (LSD) adalah karunia Tuhan yang indah, yang kudus, yang luhur, dan oleh karena itu, harus dimanfaatkan secara bertanggung jawab dan dijaga kehormatan dan kekudusannya. Mengapa? Karena LSD itu ada pada ranah orde penciptaan (“order of creation”). Jadi, LSD sekaligus merupakan sentralitas dari tata formasi dan tata disain Tuhan Allah selaku Sang disainer dalam rangka mengelola dan merawat bumi agar tetap aman, damai dan lestari.

Manusia diperlengkapi dengan perasaan (untuk mencintai dan dicintai), dilengkapi seks (beda jenis kelamin, Kejadian 1:27), seksualitas (Kejadian 1:25, 2:25), dan diperlengkapi juga dengan waktu (termasuk untuk pacaran). Hasil karya Tuhan akan LSD, wajib dihormati, dijaga, dipelihara, dan dipakai pada rel-rel yang benar. Artinya, agar LSD pada tubuh yang insani tersebut, sanggup berdaya guna, berhasil guna, tetapi juga tepat guna (Kejadian 1:31 “Ia melihat bahwa segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik”). Dalam kategori Eden yang harmonis, LSD masih terbatas pada ruang “privat” (pribadi, tertutup).

Edanitas: Trend Global
Era edan (kehilangan Eden), LSD yang awalnya ada di wilayah “privat” (secara revolusioner) telah berubah menjadi bagian dari wilayah “public” (terang-terangan) dan “profit”. Dengan demikian, zaman ini, telah mampu mengantar manusia untuk menjadi pribadi “ekshibisionis”. Artinya, manusia dipaksa untuk mempertontonkan dirinya sampai dengan keintimannya yang paling tersembunyi. Ulah dari penari-penari “striptease” misalnya, yang dengan terang-terangan tega mempertontonkan ketelanjangannya dalam gelanggang pertunjukan erotis.

Namun pengertian “ekshibisionis” era edan yang saya maksudkan dalam dialog interaktif ini, justru melebihi ke-“striptease”-an itu. Bagi saya, “ekshibisionis”, justru pertama-tama merupakan penampilan diri yang tidak ada hubungannya dengan arena pertunjukan dan atau hiburan. Pribadi “ekshibisionis” itu tidak lagi berkata “inilah aku yang telanjang”, melainkan “intiplah ketelanjanganku”. Tidak perlu ia telanjang, namun dalam segala gerak dan penampilannya, orang lain bisa mengintip, menerawang dan ber-fantasi atas “ketelanjangannya” atau bahkan “meraba-raba ketelanjangannya” itu sampai sejauh-jauhnya. Yang menjadi soal, bukan bahwa LSD itu jahat, tetapi LSD itu terlalu baik untuk diumbar, dan terlalu hebat untuk ditelanjangi.

“Tabut Perjanjian” di Edanitas Zaman
1 Korintus 6:12-13 “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh”.

1 Korintus 6:19-20 “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”.

LSD dengan alasan apapun, tidak dapat dijadikan objek permainan birahi, atau di eksploitir hanya untuk mencapai kenikmatan fisik dan sensasi tubuh, apalagi kenikmatan fisik yang sembrono, egoistis, dangkal dan sesaat. “Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. Segala sesuatu diperbolehkan. Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1 Korintus 10:23). Manusia memang diberi kebebasan, tetapi harus diingat bahwa tidak semua yang boleh dan dapat dilakukan manusia, lalu berguna bagi diri sendiri dan sesamanya (band. Galatia 5:13).

Bersukarialah, Tapi …
“Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan” (Pengkhotbah 11:9).

Remaja yang dikasihi Tuhan. Tuhan, Sang disainer itu, punya rencana yang sangat indah di balik kegantenganmu, di balik kecantikanmu. Jadi, jangan nodai kegantengan dan kecantikanmu itu, jangan beri polesan kelabu pada setiap bagian organ-organ tubuhmu hanya karena manisnya kata cinta dan kata saying itu. Ingat, engkau sedang mengusung “tabut perjanjian Allah” dalam perjalanan melintasi panas dinginnya padang gurun kehidupanmu saat ini. Semoga kegantengan dan kecantikan, serta cinta tulus kalian semua, menjadi berkat bagi sebanyak-banyaknya manusia. Tuhan memberkati. Amin.

Tondano, 30 Juni 2006
Catatan Pengantar Pada Dialog Interaktif
Peserta Perkemahan Remaja GMIM Rayon Minahasa
Tanggal 28 Juni s/d 02 Juli 2006 di Perkebunan Makalonso, Tondano Timur

Tidak ada komentar: